Struggle For The Teacher Fredom

TERORISME DAN GAGALNYA PENDIDIKAN SEKOLAH

13/09/2009 14:09

Teror adalah bentuk usaha menciptakan ketakutan, kengerian dan kekejaman oleh seseorang atau golongan. Terorisme menurut kamus politik adalah penggunaan kekerasan yang biasanya untuk menimbulkan ketakuan dalam mencapai suatu tujuan, tujuannya untuk menunjukkan kepentingan politiknya dan dunia internasional mengetahui apa yang mereka perjuangkan. Aksi-aksi mereka tidak pernah pilih kasih dan anti kemanusiaan. Dalam hal rekuitmen anggota pun mereka tidak pandang usia, bahkan baru-baru ini dunia pendidikan negeri ini terkejut lantaran salah satu dari pelaku teroris adalah seorang pelajar yang baru saja tamat sekolah.Jika dilihat dan dianalisa secara mendalam sebenarnya kita tidak perlu terkaget-kaget, karena penanaman atau kaderisasi yang dilakukan membutuhkan waktu yang tidak cukup sebentar. Apakah ini merupakan satu pertanda lagi tentang kegagalan dunia pendidikan dinegeri ini?
Esensi dari pendidikan adalah memanusiakan manusia, tapi rupanya negeri ini tidak lagi memandang esensi dari pendidikan tersebut. Dunia pendidikan sekolah di negeri ini masih teramat jauh panggang dari api. Sekolah di negeri ini termasuk sesuatu yang mahal harganya bagi kaum miskin, tidak saja mahal sekolah pun kental dengan budaya-budaya kekerasan yang berakibat sekolah tidak lagi hadir untuk memanusiakan manusia. Paulo Freire dan Ivan Illich menegaskan bahwa sekolah merupakan alat penindasan. metode didaktik, orientasi, asumsi-asumsi dasar dan keguanan hakiki tidak memfokuskan pada suatu pembebasan yaitu pembebasan manusia. Menurutnya sistem persekolahan tidak mempresentasikan kepentingan-kepentingan kelas tersubordinasi, baik secara ekonomi, politik, budaya, gender dan golongan minoritas. Praktek pendidikan tersebut mengarah langsung pada upaya-upaya struktur sosial yang pincang. Maka tidaklah mengherankan jika kebijakkan-kebijakan yang dikeluarkan bersifat diskriminatif dan cenderung meminggirkan kaum marginal. Salah satu kritikan Freire adalah pendidikan yang berupaya membebaskan kaum tertindas untuk menjadi penindas baru. Bagi Freire pembebasan kaum tertindas tidak dimaksudkan supaya ia bangkit menjadi penindas yang baru, tetapi supaya sekaligus membebaskan para penindas dari kepenindasannya.
Tumbuhnya pelaku teroris-teroris belia salah satunya disebabkan karena faktor pendidikan yang tidak mampu dijangkau oleh mereka yang termarginalisasikan. Lemahnya pengawasan dan gagalnya pola pengajaran dalam sekolah semakin mendukung teroris-teroris belia. Para teroris belia ini biasanya terjaring ketika masa pencarian jati diri - umumnya terjadi pada saat kelas 2 SMA / SMK- karena pada masa inilah biasanya mereka mulai mencoba berbagai hal dari positif sampai negatif. Namun, keingintahuan mereka atas berbagai hal sering kali tidak diakomodir bahkan cenderung dibungkam oleh sekolah. Maka, mereka akan mencari tahu lewat seseorang / kelompok diluar sekolah yang dirasakan bisa dan mampu mengakomodir keingintahuannya.
Ketidakmampuan sekolah dalam mengakomodir berbagai hal yang terkait dengan peserta didik / siswa adalah puncak dari gagalnya sebuah pengajaran di sekolah. Pola pengajaran yang masih sering kali dijumpai tidak lain adalah pengajaran yang membungkam daya kritis peserta didik /siswa, pola pengajaran masih menekankan bahwa guru adalah sumber segala informasi, maha tahu dan maha benar. Jika demikian maka yang terjadi peserta didik /siswa tidak ubahnya layaknya keledai. Mengajar menurut Kenneth D Moore, adalah sebuah tindakan dari seseorang yang mencoba untuk membantu orang lain mencapai kemajuan dalam berbagai aspek seoptimal mungkin sesuai dengan potensinya. Hal ini didasari oleh sebuah paradigma bahwa tingkat keberhasilan mengajar bukan pada seberapa banyak ilmu yang disampaikan guru pada siswa, dan seberapa besar guru memberi peluang pada siswa untuk belajar, tapi seberapa besar guru memfasilitasi para siswanya untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuannya. Mengajar adalah membelajarkan para siswa, mengajar adalah memfasilitasi para siswa belajar, mendorong mereka untuk mengeksplorasi bahan ajar. Dengan demikian, mengajar adalah sebuah pekerjaan yang dinamis, berbasis sebuah perencanaan tapi memiliki peluang untuk berubah di tengah jalan.
Lahirnya generasi baru dalam terorisme, yaitu teroris – teroris belia tidak semata-mata gagalnya guru sebuah mata pelajaran tetapi lebih jauh lagi adalah gagalnya dunia pendidikan sekolah yang tidak mampu dijangkau oleh kaum marginal dan mengakomodir semua keingintahuan dan pengetahuan dari peseta didik / siswa. Jika pembungkaman atau penggebirian ini terus berlanjut, sesuatu yang sangat mungkin terjadi adalah negara sendiri yang melahirkan dan menumbuhkan para teroris belia.

The Romantism Revolt
 

Back

Search site

© 2009 All rights reserved.