Struggle For The Teacher Fredom

Jenis Korupsi di Sekolah

31/01/2011 21:22

Oleh: Asmarahadi

  1. Korupsi transaksional; ketika akreditasi sekolah ada kesepakatan antara sekolah yang diperiksa dengan pemeriksanya. Pemeriksa independen? sama saja. Coba periksa lebih detail lagi sarana dan prasarana, terutama perpustakaan. Setelah akreditasi kondisi perpustakaan tetap saja tidak kondusif.
  2. Korupsi ontogenik; Komite Sekolah yang juga anggotanya terdiri dari unsur guru dengan paradigma lama, ikut bermain mencari keuntungan.
  3. Korupsi defensif; menjelang pertengahan semester banyak siswa yang mutasi ke sekolah favorit dg membayar uang puluhan juta rupiah. Siapa menangguk untung? Tes masuk hanya formalitas, passing grade diabaikan. Nilai/kemampuan siswa yang dibawah standar sangat jauh dari nilai passing grade PSB,membuat pusing guru-guru pada saat kenaikan kelas. Haruskah dikatrol? Bukankah siswa ini sudah menyumbang dana demikian besar, yang sebagian besar juga untuk kesejahteraan guru-guru?
  4. Korupsi investasi; siswa yang lolos PSB melalui jalur prestasi (non akademik) dan memiliki segudang prestasi di luar sekolah patut mendapat apresiasi dari sekolah. Akan tetapi bagaimana dengan sekolah siswa ini? Berbulan-bulan, bahkan hampir satu semester tidak masuk sekolah. Bagaimana guru bisa menilai PBM & sikap siswa?. Siswa datang ke  sekolah hanya ikut ulangan semester. Sungguh guru direpotkan dengan masalah ini, karena siswa berprestasi ini harus naik kelas? Banyak juga yang lolos PMDK, nilai raport direkayasa. PTN harap adakan tes lagi untuk calon mahasiswa yang lolos melalui jalur PMDK ini?
  5. Nepotisme; kalau yang ini marak sekali di sekolah, terutama karena adanya Dana Sumbangan Pembangunan (DSP) gratis. Mulai dari anak guru, karyawan, keponakan. Komite Sekolah juga ikut-ikutan. Bagi siswa yang kemampuannya standar tidak masalah, tetapi yang di bawah itu akan menimbulkan masalah. Hubungan antar guru pun diwarnai ketdkjujuran. Bagi guru idealis, kondisi ini menimbulkan beban psikologis.
  6. Korupsi suportif; kultur bangsa Indonesia "silih asah, silih asih, silih asuh" membuat guru bersikap masa bodoh, membiarkan korupsi berlangsung, dan membiarkan situasi untuk terjadinya korupsi. Ada juga guru yang bersikap apatis, karena ingin cari "aman". Atau yg lebih parah, guru tidak tahu apa itu (definisi)"korupsi"? Maklum, ada juga yang guru minat bacanya minim (jarang baca koran, apalagi baca buku2 selain buku pelajaran).

 

Back

Search site

© 2009 All rights reserved.