Struggle For The Teacher Fredom

Guru Honorer antara Nasib dan Tantangan

21/03/2010 11:55

Guru Honorer antara Nasib dan Tantangan

 

Baru-baru ini pemerintah berencana akan menaikkan tunjangan bagi para pegawai negeri negeri mua;i dari 2 - 5 juta  perbulan tunjangan ini ditujukan bagi PNS yang bergerak dibidang pelayanan tidak terkecuali para guru. tunjangan ini bagi guru akan berlaku bulan April 2010 . satu sisi tunjangan ini memberikan angin segar bagi para guru karena pemerintah memberikan perhataian lebih tapi disisi lain para guru honorer masih gigit jari dan mengalami nasib yang sama dan tidak berubah dengan penghasilan jauh dibawah hidup minimal mungkin bagi yang telah sertifikasi sedikit lebih baik tapi sebenarnya pun itu tidak jauh berbeda jika dilihat memakai teori nilai lebihnya marx dalam das kapital. para guru honorer sampai detik ini masih memperjuangkan nasibnya yang semakin tidak jelas. mereka sebenarnya hanya menginginkan agar diangkat menjadi PNS. alangkah ironisnya para pendidik dinegeri ini sampai akhir hayatnya masih bersatus honorer. sebuah cerita klise yang tetap ada ketika dipagi hari guru honorer mengajar dan mebagi ilmunya bagi para kader-kader bangsa tapi ketika sore menjelang ia mengojek atau bahkan menjadi juru parkir liar hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
para guru pns bersorak sorai gembira sedang honorer menahan kesedihan yang dibarengi senyum yang kecut dibibirnya. para guru pns sebenarnya pernah mengalami nasib yang sama dengan guru honorer sekarang ini tetapi alangkah menyedihkannya ketika guru-guru honorerseperti berjuang sendirian tanpa adanya dukungan dari guru-guru pns belum lagi ketika guru honorer secara tidak lanfgsung dipecah oleh pemerintah menjadi dua kelompok besar yakni guru honorer negeri dan guru swasta secara esensi sebenarnya keduanya tidaklah berbeda yang membedakan hanya seragam yang mungkin lengkap dengan atribut pemerintahan  daerah.

Egoisme Honorer Negeri
para guru honorer yang terpecah menjadi dua kelompok antara honorer negeri dan guru swasta menimbulkan ego sentris dikalangan guru-guru honorer negeri. mereka merasa lebih layak dan lebih pantas untuk diangkat sebagai pegawai pemenerintah ketimbang guru swasta akibatnya yang terjadi adalah adanya disriminasi guru-guru swasta. secara kualitas sebenar banyak guru-guru swasta yang lebih baik dari guru-guru honorer negeri walau tidak sedikit juga guru honorer negeri yang memiliki kualitas. yang menjadi permasalahan mengapa pemerintah memprioritaskan guru-guru honorer negeri dalam proses pengangkatan pns ketimbang guru swasta?  guru-guru swasta memang bernaung dibawah sebuah yayasan yang tentu saja pembiayaannya dibebankan pada yayasan tersebut  tapi sayangnya banyak yayasan yang miskin dan hanya mampu memberikan gaji guru-gurunya Rp. 150.000-300.000 perbulan meski ada banyak juga guru-guru honorer negeri yang bernasib sama.
alangkah indahnya jika guru-guru baik honorer negeri atau swasta bersatu melawan diskriminasi yang berikan pemerintah, musuh bersama sebenarnya bukanlah siapa yang diangkat menjadi pns atau bukan tapi globaisasi pendidikan yang hanya menunggu detik menyambut pendidikan di negara ini. sebagai contoh kecil, pemerintah lewat badan koordinasi penanaman modal (BKPM) telah memberi restu pihak asing untuk bisa menguasai 67% saham di sektor kesehatan-rumah sakit.tentu hal ini tidak menutup kemungkinan akan terjadi disektor pendidikan. jika hal ini terjadi maka generasi bangsa ini akan lebih sulit untuk sekolah karena tinggi biaya sekolah belum lagi guru-guru akan bersaing secara terbuka dengan tenaga-tenaga asing. maka jika para guru baik honorer negeri atau swasta tetap tidak bersatu dalam ide dan gerakan maka pendidikan di negara ini bukanlah hal yang tidak mungkin dan pasti akan dikelola asing

Asmarahadi

Back

Search site

© 2009 All rights reserved.